MARDINDINGHON DOLOK NATIMBO, MARALAMAN TAO TOBA, IMA BAKKARA NAULI ..... HORAS !!!

Tradisi Paling Mengerikan Yang Ternyata Ada di Indonesia

Ternyata ada beberapa suku di Indonesia yang menjadikan pembunuhan sebagai salah satu tradisi. Ada berbagai alasan dan tujuan di balik tindakan sadis yang mereka lakukan. Suku mana saja yang memiliki tradisi saling bunuh, dan apa tujuan mereka melakukan itu? Berikut ulasannya!




1. Carok, Madura

Tradisi carok menjadi alasan kenapa beberapa orang bergidik ngeri saat harus pergi ke Pulau Madura. Saat terjadi perselisihan, orang Madura akan mengambil sabit (pisau tajam berbentuk melengkung yang jadi senjata khas Madura), dan tak segan membacokkannya pada lawan.

Terlebih lagi, orang Madura dikenal memiliki temperamen yang sangat tinggi sehingga aksi carok dilakukan demi mempertahankan harga diri. Tradisi ini jelas dilarang karena bertentangan dengan hukum. Namun dalam beberapa kasus, beberapa orang Madura masih kerap melakukannya untuk melawan orang yang dianggap musuh.

2. Kanibalisme, Papua

Masih ingat dengan kasus Sumanto yang memakan mayat manusia beberapa waktu lalu? Well, ternyata itu bukan kasus pertama yang terjadi Indonesia. Ternyata, negeri kita sempat didiami oleh suku-suku yang melakukan praktek kanibalisme.

Beberapa tahun lalu ada laporan adanya praktek kanibal yang dilakukan suku Korowai, di mana seorang ayah memakan putrinya sendiri yang baru berusia tiga tahun. Tragisnya, gadis tersebut dimakan dengan cara digigit lehernya, kemudian dinikmati daging dan darahnya. Menurut berbagai sumber, ritual kanibalisme ini hanya dilakukan pada orang-orang yang melakukan pelanggaran adat dan

hukum.

3. Ngayau, Kalimantan

Ngayau atau kayau adalah tradisi berburu kepala yang dilakukan suku Dayak, Kalimantan. Dalam bahasa Dayak sendiri kayau memang berarti musuh. Dengan kata lain, ngayau berart berburu kepala musuh. Namun dengan adanya ngayau, bukan berarti orang Dayak adalah suku kejam yang tak mengenal peri kemanusiaan.
Nyatanya, perburuan kepala hanya dilakukan saat orang Dayak merasa terancam, misalnya dalam perang. Selain itu, bukan sembarang orang yang bisa melakukan kayau. Penebasan kepala musuh sendiri dilakukan karena mereka percaya cara ini akan menghindarkan dari gangguan roh musuh.

4. Ritual Suku Naulu, Maluku

Kalau di Kalimantan ada tradisi Ngayau untuk mempertahankan kekuasaan, maka lain pula di Maluku. Ada satu suku bernama Naulu yang dikenal memiliki tradisi penggal kepala manusia untuk persembahan. Bagi suku Naulu, persembahan kepala manusia adalah ritual suci yang akan melancarkan kehidupan mereka. Adapun persembahan kepala ini biasanya dilakukan saat pria melamar seorang wanita, atau saat pengukuhan seorang pemuda menjadi pria dewasa. Selain itu, ritual ini juga dilakukan untuk melindungi rumah dan warga dari kesialan.




Sempat dinyatakan punah, ritual ini ternyata masih berlanjut hingga tahun 2005. Saat itu, dua jenazah tanpa kepala ditemukan di kawasan Maluku. Setelah ditelusuri, ternyata mereka menjadi korban persembahan untuk menjaga rumah adat suku tersebut. Pemerintah setempat pun melakukan tindakan tegas dan melarang tradisi ini diteruskan. Beberapa pelakunya dihukum mati, sedangkan beberapa lainnya dipenjara seumur hidup.

Benar-benar kisah yang mengerikan bukan? Untungnya, Indonesia telah menerapkan hukum yang tegas atas tindak pembunuhan sehingga kejadian ini bisa diminimalisir. Sesuai dengan perkembangan jaman yang ada, tentunya pemerintah mengatur nilai-nilai yang lebih cocok diterapkan pada keberagaman masyarakat masa kini.


Sumber : http://beritamenarik.apikepol.com/

DANAU TOBA dan KEINDAHAN serta NILAI SEJARAH dari Sudut BERBEDA

Pemandangan yang indah melatari kebahagiaan kami sekeluarga saat berkunjung ke Kota Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan. Kabupaten yang semual merupakan bagian dari Kabupaten Tapanuli Utara ini akhienya memisahkan diri secara otonomi pemerintahan yang menyebabkan daerah ini lebih berkembang dan berupaya lebih aktif mempromosikan daerah wisatanya. Beberapa daerah yang saya rekomendasikan untuk Anda kunjungi adalah Penatapan Sipincur, Bakkara, Aek Sipangolu, dan air Terjun janji. ini hanyalah sebahagian kecil keindahan alam yang disuguhkan oleh tanah Sisingamanagaraja ini. di daerah ini pula kita akan menemukan kawasan pemakan Sisingamangaraja yang melegenda hingga keseluruh persada.
Mungkin, sebahagian dari kita menganggap asing tempat ini.Namun, ketika kita ingin menjelajahi danau Toba yang sebenarnya adalah dengan memasuki tempat ini. .
Sebagai tahap awal perjalanan saya akan bawa Anda ke Kota Medan terlebih dahulu. Kota Medan sebagai Ibu kota Propinsi Sumatera Utara akan menyambut anda dengan aneka ragam makanan baik makanan khas lokal Sumatera Utara maupun makanan Nasional yang sudah termashur di seluruh dunia. bagi peminat makanan ala Luar Negeri juga anda bisa dengan gampang mendapatkannya di Kota ini. bahkan ada beberapa gerai dipinggiran jalan KOta Medan yang menyajikan makanan khas Arab dan Timur Tengah. di Kota ini Anda akan menikmati pesona wisata sejarah yang menjadi salah satu atrget turis mancanegara untuk mencapainya. Salah satunya adalah Istana Maimun dan masjid Raya Medan yang merupakan cikal Bakal berdirinya Tanah Melayu. Dari kota sejuta pesona ini kita melanjutkan perjalanan ke daerah yang akan menjadi rekomendasi saya kali ini yaitu salah satu sudut Tao Toba di Tano Batak. Menaiki Kendaraan umum maupun kendaraan Pribadi Anda akan menempuh perjalanan sekitar 5 jam sebelum akhirnya sampai ke Kota Dolok Sangul bisa melalui Kabanjahe kemudian berbelok ke kiri di daerah Simpang Tiga kabupaten Dairi atau melalui Kota Parapat dan berbelok ke Kanan di daerah Siborong-borong, Tapanuli Utara. Sebelum kita berjalan menuju Bakkara saya akan ajak Anda menyinggahi daerah yang disebut dengan Penatapan Sipinsur (Sipiccur)yang terletak di Kecamatan Lintong Nihuta. disana kita akan disuguhi oleh Panorama danau Toba dari Ketinggian.Dari celah celah rerimbunan Pohon Pinus yang menyejukkan mata kita akan menatap Desa Bari Bani Aek Kecamatan Muara dan Pulau Sibandang sebagai Pulau yang menghasilkan mangga udang berkualitas tinggi. Kawasan ini memang selain terkenal dengan pemandangannya, juga dikenal sebagai daerah penghasil mangga udang yang warna nya kuning menggugah selera  Dari di Kota Dolok Sanggul kita akan menuruni jalanan terjal menuju Kecamatan Bakkara (Bakti Raja). Setelah jalanan curam dan berkelok yang kita tempuh sekira 30 menit kita akan menemukan kawasan pemakaman Raja Sisingamangaraja. Komplek pemakaman ini diisi oleh Makam Raja sisingamangaraja IX,X,dan XI juga beberapa Rumah adat yang sebahagiannya telah mengalami pemugaran. Anda akan disambut dengan keramahtamahan Keturunan raja yang masih betah bermukim dan menetap disana. Mereka dengan sukarela akan menceritakan kisah hidup sang raja turun temurun. juga yang tak lupa mereka akan ceritakan adalah Agama yang mereka anut saat ini yang mereka sebut dengan Parmalim yang menurut mereka beberapa amalannya hampir sama dengan ajaran Islam.  Dari Bakkara kita akan berbelok sedikit ke kanan ke Air Terjun kecil yang biasa disebut masyarakat disana dengan Aek Sipangolu (mata air Keberkahan) yang konon katanya merupakan mata air yang timbul dari bekas injakan gajah milik Sisingamangaraja. HIngga kini mata air ini mengalir dengan derasnya memenuhiair Danau Toba yang sejuk dan jernih. (baca di Eksotisme Aek Sipangolu)
SElanjtnya kita akan Berbelok ke Kiri dari Bakkara. kita berhenti sejenak menikmati air di pelabuhan Feri yang ada di sekitar pasar Muara, nikmati keelokan pemandangannya yang pasti membuat Anda akan rindu kembali kesana.
KIta lanjutkan perjalanan kita ke sebuah Iar Terjun yang ketinggiannya mencapai 30 meter dengan kesejukan airnya yang akan menyentuh kulit kita bak helaian kapas halus menerpa tubuh. tak lengkap rasanya kalau kita tak membasahi diri dengan Air Terjun Janji yang lokasinya elok rupawan dan suasananya yang sangat menggoda. Kalau Anda sudah pernah berkunjung ke semua objek wisata ini, yakinlah Anda pasti akan jatuh cinta dan ingin kembali kesana lagi dimasa yang akan datang. di seputaran Air terjun ini akan kita jumpai deretan pohon mangga udang dengan buahnya yang segar bergelantungan berwarna kuning merona.
Sesekali berkunjunglah kesana, dan nikmati ke eksotikan Danau Toba dengan cara yang berbeda.
Danau Toba Selalu Menunggu Kehadiran Kita tuk memberikan Keindahan dan Keramahtamahannya.
Horas tu Tao Toba

Sumber :http://kakomolekuada.blogspot.co.id/

Bakara, Lembah Penuh Pesona


Deretan perbukitan memagari lembah itu. Air danau yang hijau kebiruan terhampar di satu sisinya. Dua benteng alam itu menjaga kehidupan masyarakatnya sejak ratusan tahun yang lalu. Sepotong keindahan di tanah Batak yang dikenal sebagai Bakara.

Bakara adalah bentangan lembah datar seluas ratusan hektare. Sebuah kampung yang penuh pesona dengan wisata alam dan budaya yang tersohor hingga ke negeri lain. Wilayah administratifnya di Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara.

Lembah yang berjarak belasan kilometer dari Dolok Sanggul itu terdiri dari beberapa desa dan dusun. Dibelah oleh dua aliran sungai besar yang berair deras. Sungai terbesar yang dominan adalah Aek Silang yang bersumber dari air terjun yang tercurah dari bentangan perbukitan. Sungai kedua yang lebih kecil bernama Aek Simangira. Keduanya mengaliri beberapa desa dan bermuara di Danau Toba.

Uniknya, kedua sungai ini dengan mudah bisa dikenali dari warna air yang terlihat. Aek Silang berair coklat kemerahan. Warna yang terbias dari dasar sungai yang bertanah liat coklat dan lelumut kecolkatan. Sementara Aek Simangira warnanya cenderung putih, karena dasarnya yang berpasir tertutupi bebatuan kali.

Kedua sungai ini adalah sumber air utama bagi kebutuhan mandi, cuci, dan kakus warga di seluruh lembah Bakara. Namun ada juga sekian rumah yang memanfaatkan sumur dan air tanah sebagai penyedia air minum.

Relief bukit, sungai, dan hamparan Danau Toba menawarkan alam asri nan indah di lembah Bakara. Ada banyak alternatif tempat dengan lansekap pemandangan mempesona yang bisa dinikmati dari sini.



Panorama Alam

Suhu di lembah Bakara relatif dingin dan sejuk sepanjang hari, dengan tebaran banyak mata air (mual). Mata air utama yang terbesar adalah Aek Sitio-tio. Lokasinya persis di tepian sungai.

Tempat pemandian alam yang dulunya berupa telaga kecil itu bersumber dari mata air “abadi” yang dinaungi sebuah pohon besar sejenis hariara (sejenis beringin) yang airnya tak pernah kotor. Sepanjang tahun selalu bersih, jernih, dan dingin. Lokasi itu kini menjadi sumber air utama bagi warga sekitar untuk kebutuhan minum dan mandi.

Kejernihan dan kesejukan Aek Sitio-tio selalu “memanggil” pengunjung untuk berendam di sana. Rugi rasanya jika tidak mencoba telaga yang dulu pernah jadi tempat istirahat favorit tentara Belanda masa kolonial.

Selain telaga, di Bakara juga banyak ditemui air terjun. Hampir si setiap penjuru terhampar air terjun besar maupun kecil. Semuanya punya kekhasan tersendiri. Namun yang paling dikenal sebagai obyek wisata adalah Aek Sipangolu.

Aek Sipangolu adalah air terjun yang dipercaya sebagai air suci yang mengandung unsur dasar perawat kehidupan. Penduduk sekitar sejak dulu kala percaya air tersebut bisa menjadi “obat” bagi banyak kebutuhan.

Para pengunjung yang ingin merasakan sejuknya air terjun ini, ada tempat pemandian umum. Sumber airnya langsung berasal dari aliran Aek Sipangolu. Atau yang ingin membawa pulang airnya, boleh juga. Ada jerigen yang disediakan di dekat lokasi air terjun tersebut, khusus untuk pengunjung yang ingin membawa air Aek Sipangolu sebagai oleh-oleh.

Dari pinggiran aliran air terjun ini, kita bisa melahap pemandangan danau toba dari sisi yang lain. Atau boleh juga beristirahat sambil minum kopi atau teh dari warung sederhana yang dikelola penduduk lokal.



Wisata Budaya

Lembah Bakara cukup subur dan menjanjikan hasil panen yang baik untuk tanaman padi, bawang, dan palawija. Sejak dulu Lembah Bakara sudah dikenal bahkan tersohor sampai ke Negeri Belanda, sebagai lembah eksotis yang menyimpan muatan sejarah dan budaya.

Bakara sendiri merupakan pusat pemerintahan Sisingamangaraja I – XII, persisnya di Desa Lumbanraja.

Sejak pemerintahan Sisingamangaraja ini, adat dan budaya Batak semakin mengental karena sang raja yang kharismatik menyebarkan ajaran kebaikan dan kebajikan yang berakar dari adat istiadat Batak. Sisingamangaraja menjadi teladan dan panutan raja-raja Batak di sekitarnya. Sehingga ia dianggap sebagai raja dari segala raja dalam bidang moral.

Kompleks istana kerajaan Sisingamangaraja di Lumbanraja, yang terdiri dari deretan empat Ruma Bolon masih bisa dilihat hingga kini. Pada Desember tahun lalu, proyek renovasi situs Sisingamangaraja tersebut rampung dikerjakan. Proyek APBD 2005 yang dimulai sejak 26 September 2005 itu merenovasi ulang tiga deretan bangunan utama istana.

Bangunan yang direnovasi berkalali-kali sejak puluhan tahun lalu itu, bukan lagi bangunan asli. Bangunan asli udah dibumihanguskan pada masa Perang Batak berkecamuk (1877 – 1907) melawan tentara Kolonial Belanda.

Kemudian di dalam kompleks istana persis di halaman depan deretan Ruma Bolon, terdapat sembuah makam berupa bangunan persegi panjang yang terbuat dari semen yang dilengkapi ornamen Batak, ukiran bendera kerajaan Sisingamangaraja, cap (stempel) Sisingamangaraja, dan sebuah prasasti beraksara Batak Toba.

Lalu di persis di luar kompleks yang dipagar keliling dengan batu dan besi itu, masih bisa ditemukan satu situs yang unik. Namanya Batu Siungkap-ungkapon. Situs batu berdiameter 80-an cm ini konon dulunya digunakan dalam ritual untuk meramal dan memprediksi hal-hal yang sangat penting, terutama dalam bidang pertanian.

Mengunjungi Bakara, Anda bukan saja bisa menikmati keindahan alam, sejuknya udara, dan suasana pedesaan yang asli, tapi juga bisa melihat situs sejarah yang sangat penting dalam sejarah kerajaan Batak menentang Kolonial Belanda di masa lalu. (evin bakara)*

Dr RE Nainggolan MM Harapkan Bakkara Dikembangkan Jadi Pusat Wisata Humbahas



O TANO BATAK: Tokoh masyakat Sumut Dr RE Nainggolan MM, mantan Bupati Dairi Drs SIS Sihombing, Bupati Humbang Hasundutan Dosmar Banjarnahor dan Wakil Bupati Humbang Hasundutan Saut Parlindungan Simamora yang didampingi istri masing-masing, Ketua DPRD Humbahas Manaek Hutasoit, anggota DPRD Sumut Fraksi Hanura Aduhot Simamora dan pejabat lainnya menyanyikan lagu “O Tano Batak”, di sela-sela penutupan pentas seni budaya Humbahas di PRSU Jalan Gatot Subroto Medan, Selasa (29/3) malam.
Medan (SIB)- Kabupaten Humbang Hasundutan (Humnahas) menggelar malam pentas seni budaya di Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU) Jalan Gatot Subroto Medan, Selasa (29/3) malam. Acara tersebut dihadiri tokoh masyakat Sumut Dr RE Nainggolan MM (mantan Bupati Taput), mantan Bupati Dairi Drs SIS Sihombing, Bupati Humbang Hasundutan Dosmar Banjarnahor dan Wakil Bupati Humbang Hasundutan Saut Parlindungan Simamora yang didampingi istri masing-masing, Ketua DPRD Humbahas Manaek Hutasoit, Sekda Humbahas Saul Situmorang, Kadis Pehubungan dan Pariwisata Humbahas Mangupar Simanullang, Anggota DPRD Sumut Fraksi Hanura Aduhot Simamora dan pejabat lainnya.

Acara diawali dengan penampilan penyanyi Hendy Hutauruk dengan membawakan lagu Aek Sibundong.  Penampilan Hendy Hutauruk mendapat sambutan tepuk tangan yang meriah dari para penonton yang hadir malam itu. Juga penampilan tortor dan lagu yang dibawakan sejumlah muda-mudi asal Humbahas.

RE Nainggolan dalam sabutannya mengharapkan pasangan Bupati Humbahas agar segera membangun kawasan Bakkara. Bakkara yang terletak di Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbahas diharapkan bisa dikembangkan menjadi pusat wisata ke depan. Sebab Bakkara  dinilai sebagai salah satu "surga terpendam" di tepi Danau Toba. "Kawasan ini memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata alternatif baru di kawasan Danau Toba, selain Samosir dan kawasan wisata Danau Toba lainnya. Dari beberapa objek wisata Danau Toba, menurut saya Bakkara yang paling lengkap nilai pariwisatanya. Potensinya sangat besar untuk dikembangkan. Di situ ada pemandangan alam yang luar biasa, alamnya yang sejuk dan budaya yang begitu khas," katanya.

Selain itu, kata dia, Bakkara juga menjadi salah satu pusat awal sejarah kerajaan Sisingamangaraja XII. Sisingamangaraja adalah sosok yang tidak asing lagi di daftar Pahlawan Nasional Indonesia, khususnya Sisingamangaraja XII. "Saya yakin, di bawah kepemimpinan pasangan Bupati Humbahas Dosmar Banjarnahor SE dan Wakil Bupati Humbahas Saut Parlindungan Simamora akan mampu membangun kawasan Bakkara menjadi pusat sejarah dan wisata di Humbahas. Bukan itu saja, mereka akan selalu kompak dan mampu membangun Humbahas 5 tahun ke depan lebih baik lagi," katanya.

Dia juga mengimbau, agar masyarakat Humbahas selalu mendukung kepemimpinan Bupati Humbahas Dosmar Banjarnahor SE dan Wakil Bupati Humbahas Saut Parlindungan Simamora. "Saya yakin, masyarakat Humbahas pasti mendukung Bupati Dosmar Banjarnahor SE dan Wakil Bupati  Saut Parlindungan Simamora, karena mereka dipilih mayoritas masyarakat Humbahas jadi pemimpin," ujarnya.

Sementara Bupati Dosmar Banjarnahor dalam sambutannya menyampaikan terimakasihnya kepada RE Nainggolan yang selalu memberikan semangat kepada mereka dalam membangun Humbahas kedepan. "Mudah-mudahan melalui acara ini dan pesan Pak RE, kami berdua bisa membangun Humbahas lebih baik lagi ke depan, termasuk kawasan Bakkara," ujarnya.

Apalagi, kata dia, Humbahas memiliki banyak potensi di berbagai bidang, di antaranya  di bidang perikanan, perkebunan, perindustrian, peternakan, pertambangan, energi, termasuk potensi di bidang seni budaya dan pariwisata, yang dapat dimanfaatkan sebagai sajian atraktif dalam rangka pembangunan kepariwisataan di daerah ini. Berbagai potensi di bidang seni budaya dalam bentuk benda dapat dilihat, dengan banyaknya situs-situs sejarah warisan Raja Sisingamangaraja dan situs-situs lainnya, yang tersebar di Humbahas.

Sedangkan potensi seni budaya bentuk benda, katanya, ada tradisi tortor, tradisi musik tradisional berupa uning-uningan maupun gondang sabangunan, tradisi bernyanyi, adat-istiadat dan lain-lain. "Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa kebudayaan adalah jati diri bangsa dan salah satu aspek untuk membentengi diri dari pengaruh kemajuan zaman. Untuk itulah maka pada malam yang berbahagia ini kita melaksanakan pentas seni budaya yang menampilkan putra-putri terbaik Humbahas dalam bidang seni dan budaya. Melalui kegiatan ini, kami berharap seluruh elemen masyarakat dan geneasi muda, semakin mencintai dan berperan aktif dalam melaksanakan warisan seni dan budaya kita" katanya mengakhiri.

Acara seni dan budaya Humbahas itu, diakhiri dengan pementasan sejarah kelahiran Sisingamangaraja XII hingga perjuangannya sampai gugur melawan penjajah Belanda di tanah Batak. Juga launching webside Dekranasda Humbahas oleh ketua Dekranasda Humbahas, yang juga istri Bupati Humbahas Dosmar Banjarnahor, Lidia Kristina boru Panjaitan

Sumber :http://hariansib.co/

Sigale-gale, Boneka Kayu Khas Batak Toba yang Mistis

Samosir, Sigale-gale

 Bakkaranauli, Indonesia punya segudang tradisi yang sungguh unik dan berbeda. Salah satunya adalah bonekaSigale-gale. Boneka yang terbuat dari kayu dan diselimuti pakaian danulos ini sarat dengan nuansa mistis.

Sigale Gale adalah boneka kayu yang digunakan dalam pertunjukan tari pemakaman orang Batak dari Pulau Samosir, Sumatera Utara. Dalam bahasa Batak, Sigale-gale berarti ‘lemah gemulai’. Gerakan boneka ini memang lambat dan lembut hingga masyarakat setempat menyebutnya Sigale-gale. Menurut foklor setempat, Sigale-gale sebenarnya adalah anak seorang raja. Ia adalah putra tunggal dari Raja Rahat yang memiliki wajah tampan dan satu-satunya penerus keturunan.
Namun, si anak raja meninggal di medan perang. Kematian sang anak menyebabkan rasa kehilangan yang amat besar bagi Raja Rahat. Sang raja pun mengalami kerinduan yang mendalam hingga sakit parah. Penasihat kerajaan lalu mencari tabib di seluruh negeri untuk mengobati sang raja. Seorang tabib kemudian mengusulkan kepada penasihat kerajaan untuk membuat sebuah upacara di kerajaan itu, dan memahat sebuah kayu menyerupai wajah anaknya.
Upacara pun dilakukan. Di sinilah unsur mistis dari si boneka terasa. Sang tabib memanggil roh anak raja tersebut untuk masuk ke dalam boneka kayu yang dipahat menyerupai wajah si anak raja. Saat itu, keajaiban pun terjadi dan boneka tersebut bergerak sendiri. Si boneka bergerak sendiri mengikuti hentakan bunyi gondang (seperangkat alat musik khas Batak).
Dalam catatan Nurelide (2007), Sigale-gale awalnya muncul di daerah Toba-Holbung (Tapanuli Utara), kemudian menyebar ke Pulau Samosir. Di Pulau Samosir, penduduk menyebut Sigale-gale dengan sebutan Raja Manggale.
Sigale Gale
Boneka Sigale-gale dipergunakan pada upacara-upacara kematian. Upacara ini ditujukan untuk orang-orang yang meninggal tanpa mempunyai anak maupun yang mati tanpa meninggalkan keturunan karena semua anaknya mati. Upacara Sigale-gale diadakan terutama bila orang yang meninggal itu mempunyai kedudukan tinggi di masyarakat, seperti raja-raja dan para tokoh masyarakat. Hal itu dilakukan untuk dapat menyambung keturunan mereka kelak di alam baka.
Bagi masyarakat Batak Toba, apabila seseorang yang mempunyai kedudukan meninggal dunia dan ia tidak mempunyai keturunan dipandang sangat hina dan tidak membawa kebaikan. Oleh karena itu, kekayaan yang ditinggalkannya akan dihabiskan untuk mengadakan upacara Sigale-gale bagi orang yang mati itu sendiri. Orang-orang lain tidak akan berani mengambil harta benda tersebut, karena takut tertular atau mati seperti pemiliknya.
Namun, boneka Sigale-gale dewasa ini digunakan untuk tujuan pertunjukan wisata. Hanya kelompok tertentu saja yang masih menjalankan ritual upacara kematian dengan boneka Sigale-gale. Namun demikian, nuansa mistis dan misterius masih menyelimuti bila kita melihat boneka ini.

Sumber : liputan6.com
Oleh Hotnida Novita Sary
pada 02 Jun 2016